Proses kurasi dilakukan untuk memilah foto terbaik untuk dimasukan ke web portofolio karena tentunya dari ratusan jepretan yang kuambil dari satu job event, ga mungkin semuanya bagus, sampe 60% saja udah bagus. Makanya, lebih baik ngejepret banyak aja dulu daripada ngepas dan ternyata kurang.
Dari proses kurasi ini, seketika mataku berubah dari seorang juru foto menjadi seorang juri yang siap mencari kesalahan, hehe...
Which one is good, and which one isnt.
Why i choose this one and drop the others.
Semuanya jadi tampak berbeda daripada pertama aku mengedit untuk client. Aku jadi bisa melihat lebih jelas satu-dua hal yang masih kurang dari foto-fotoku dan apa saja yang ternyata bagus tapi luput di penglihatan pertama. It's weird but it's true.
Yang kudapatkan?--Ternyata ada dua hal yang sebaiknya aku ubah di job mendatang agar lebih baik;
Pertama, selalu ada jepretan yang terlihat sangat random, ga jelas. dan sayangnya foto-foto itu aku kirimkan juga ke client (duh). Ga jelasnya itu kayak ga ada tujuan. Portrait bukan, mengambil detail tertentu juga engga, menangkap emosi atau ekspresi pun malah seringnya fotoin punggung. Tentang situasi?-anglenya kurang menarik. Begitulah. Hiks.
Kedua, karena ini lensa 50mm yang punya karakter tersendiri, sepertinya memang paling bagus kalo dipakai untuk portrait atau details. Meski sesekali bisa juga memotret agak jauh untuk menangkap a bigger picture, tapi ia hanya akan menjadi tambahan informasi saja.
50mm ini memang paling optimalnya di portraits atau details, karena disitulah nilai jual lensa ini.
So, later on... i have to be more clever dan menyadari potensi terbaik dari setiap gear yang aku gunakan. Karena memang seharusnya seperti itulah para profesional bekerja.
Yang namanya profesional pasti tahu akan memakai lensa apa untuk genre-genre tertentu. Ga ada yang namanya "satu lensa untuk semua". Tapi karena kondisiku yang masih kere, cuma punya 1 lensa dan belum bisa untuk sewa-sewa lensa dulu karena nanti ngaruh ke harga hiring, jadinya sebaiknya belajar lebih pintar aja menggunakan si 50mm yang kumiliki ini.
Oia, yang terakhir. Kurang banyak foto-foto yang berinteraksi langsung dengan orang-orang yang ada di event, kayak minta foto dan say hi, foto seru-seruan with a big smile. Pokoknya bukan foto candid.
Daaan... begitulah kira-kira hasil review fotoku so far.
Sebetulnya proses kurasi ini bukan sesuatu yang kusuka, maklum orangnya pemalas abisss, pengennya semua jadi, lalu kirim! (hehehe....).
Tapi aku senang memaksakan diri mengkurasi demi update portfolio, jadinya bisa belajar dari kesalahan sendiri, dan tahu apa yang mesti dilakukan agar mendapatkan foto yang lebih baik di job mendatang.
If only if... aku lanjut di kerja freelancing ini.


Hello Mas Ady,
ReplyDeleteapa kabar?
Tips kurasinya cukup membantu untuk milah - milih foto.
Kalau saya sih bisanya cuma milih - milih foto di unplash buat blog. Tapi ternyata lumayan melatih kemampuan menilai mana gambar yang bagus dan yang biasa aja. Belakangan malah nyadar kenapa gambar premium di unplash itu memang bagus.
Semangat Mas Ady!
Halow mas Ryu!
Deletewah ga nyangka ada yang masih beredar blogwalkingan di 2025 ini. salut! dan terima kasih sebelumnya udah meninggalkan jejak komen blog antah berantah ini. hehe
wah, aku juga suka sama unsplash, apalagi dulu pas masih awal banget ada, blm ada kayak premium-premiumnya, kepake banget pas dulu kerja bikin konten brand, apalagi ketika ga ada stok foto yang pas untuk memvisualisasi isi kontennya.
Nah, kenapa tuh foto premium di unsplash jadi premium? apa bedanya sama yg free?
Nggak tau juga prosesnya gimana.
DeleteTapi sebagai user, sangking seringnya nyari gambar, lama kelamaan punya insting sendiri buat kurasi foto. Dan memang yang premium kayak deserve gitu.
Foto premiumnya ada watermark difotonya sekarang :(