First and foremost, this post is personally for me only. Sebagai pengingat, sebagai penyimpan kenangan, tentang seseorang yang udah ga ada lagi.
Seperti halnya seorang ibu yang selalu disayangi semua anaknya, sosok bapak pun selalu menjadi pahlawan dan figur pemimpin paling ideal bagi anak-anaknya. Keduanya tak kan terganti.
Dan kini, sosok pahlawan pertamaku telah pergi ke fase berikutnya, a one way ticket yang mana kita semua pun akan menyusulnya meski entah kapan waktunya.
Hari itu, Senin, 04 September 2023, sekitar jam 10 pagi adalah detik hembusan terakhirmu. akan aku ingat selamanya.
Sepanjang hidupku, beliau selalu ada, mendukungku, memenuhi semua kebutuhanku. Tapi di saat terakhirnya, aku berjarak 2 jam perjalanan darinya, dan ga sempat melihat wajah damainya untuk yang terakhir kalinya.
Meski ga cukup, tapi hanya foto album kenangan, dan sudut-sudut ruangan yang bagai sahabatnya yg menjadi penghiburku, pelipur lara, pengobat rindu.
Terima kasih Bapak, karenamu aku ada, karenamu aku menjadi aku yang sekarang. Darimu aku belajar menjadi seorang manusia, darimu aku memahami pentingnya kesabaran. Melaluimu, aku mengenal Tuhanku.
Sekarang, aku hanya bisa mendoakanmu selama sisa umurku, itupun mungkin tak cukup untuk membalas kebaikan dan ketulusanmu membesarkanku.
 |
| satu sudut yang sejak awal tak pernah terlihat rapi, ada perlengkapan berkebun dan apapun sisa-sisa pekerjaan menghabiskan waktu di masa pensiun. |
 |
| Terkadang beras merah, terkadang beras putih, bapak selalu memasak nasinya sendiri, bukan karena ga dibikinin mamah, tapi lebih karena kemauannya saja. |
 |
| mungkin lampu meja ini yang membanti menerangi ketika bapak membaca buku atau mengaji Alquran. |
 |
| dan terakhir, baju-bajunya yang sudah tak lagi bertuan, tapi masih layak untuk orang lain gunakan, |
