I had something strong with language, with photo's and art.
Teringat dulu ketika masih SMA, sempat ada semacam ujian psikotest untuk mengetahui minat dan bakat siswa. saya ikut dan hasilnya adalah verbal sebagai kekuatanku, artinya saya lebih kuat di bahasa. Itu yang psikotest katakan berdasarkan hasil yang kukerjakan. Benar atau salahnya, saat itu belum tahu dan memang belum terlalu peduli.
Kemudian setelah lulus SMF, saya mencari kerja dulu sebelum melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Pada satu waktu di rumah sakit A, saya melamar dan dipanggil, setelah beberapa kali tes, saya akhirnya ada pada tahap psikotest sebagai salah satu rangkaian yang harus diikuti sebelum dinyatakan diterima atau ditolak bekerja di tempat itu.
Test diikuti dan akhirnya ada hasil dari psikotest tersebut. Hasilnya pun diterangkan kepada saya, katanya saya agak lemah di hitungan, tapi sangat kuat di vision. Dan tentu saja saya akhirnya ga diterima bekerja disana karena mereka lebih membutuhkan yang bagus matematikanya.
Sekali lagi, saya cuma "oh" dan tidak terlalu memikirkan tentang hasil psikotest tersebut.
Tapi ternyata sekarang saya tahu betul bahwa hasil-hasil psikotest dimasa itu penting dan benar adanya. Suka dengan bahasa dan vision seperti foto, gambar atau imaji. Saya ada minat disana dan sekarang saya mengamini itu.
Jujur saja, sampai detik ini saya tidak pernah merasa benar dalam mengambil keputusan untuk hidup saya sendiri. Mungkin untuk jenjang pendidikan SD-SMP semua anak indonesia akan sama saja ceritanya, tapi ketika memasuki tahap SMA, ada dua pilihan antara SMU atau SMK. Nah, mulai dari sinilah cerita tiap anak bangsa berbeda sesuai dengan pilihannya masing-masing.
Disini, saya tidak akan mengatakan pilihan itu benar atau salah tapi mungkin bisa dikatakan antara kurang matang atau yakin.
Some kid in this country punya mimpi yang jelas dan punya jalan terarah menuju perwujudan mimpinya tersebut. Arahnya jelas. Beda dengan anak yang belum tahu mimpi atau keinginannya, jalannya pasti berbelok-belok dan lama and maybe will lost in the middle of nowhere.
Saya termasuk yang kedua. worst of it, till now i didn't sure with my own dream, my future.
I just follow the flow and ended with more pain than a joy. I never like with what i do. I always do struggle with thing's i do and at the edges all i want is to finish what i've started before. Disregarding the beauty of process.
Tahu ga? dari dulu, saya menilai diri sebagai seseorang yang berfikir out of the box. Tapi masalahnya, saya selalu berakhir didalam box yang sama. Terkungkung dan tersesak.
Artinya begini, ketika banyak teman sebaya berfikir bahwa menjadi seorang akuntan itu lebih baik karena punya masa depan cerah, saya malah berfikir kalau yang keren itu adalah menjadi fotografer yang keliling Indonesia atau sebagai seorang pelukis yang berdiam di Bali, bertapa dan menghasilkan karya.
Tapi apa yang kupikirkan selalu kalah dengan "trend" sekitar, ketakutan dan tidak percaya diri. Akhirnya saya selalu mengikuti pendapat teman dan mengesampingkan keinginan sendiri karena sebuah "logika temporer".
And i ended here, not being myself. Not being me with what i love.
Waktu tidak bisa diputar balik kan? it sucks sometimes, i guess.
I just want to finish what i've started and start to build my own "me" with courageous and self-confidence.
Can i? do i have to? or i better follow my life path and being 'just good'?
0 comments:
Post a Comment
blogging itu kadang rasanya kriik..kriiik.. tapi dengan adanya komen, even just one short saying, will mean the world! really!