Foto Dokumentasi: Kebun Sayur di Lembang

6 comments

Pernah satu waktu ketika aku masih kerja di Kapalasar, menginisiasi ide gimana caranya agar audiens Kapalasar memahami bahwa masakan rumahan yang mereka masak itu faktanya adalah melting pot  sekumpulan cerita dari petani hingga pedagang di pasar. 



Agar ibu-ibu pemasak di rumah bisa lebih memaknai dan lebih menghargai bahan-bahan yang mereka gunakan untuk membuat makanan untuk keluarga. Juga tentu (intinya) biar customer Kapalasar memahami kenapa sayur A dan B ini harganya segini dan segitu.


Ide yang aku eksekusi saat itu adalah pergi ke kebun sayur di Lembang dan mendokumentasi apapun yg bisa aku dokumentasikan, seperti misalnya foto sayur yg masih belum dipanen, suasana kebunnya, petaninya (kalo ada).



This project is one of the most fun and meaningful work for me personally. Ternyata aku semenikmati itu pergi ke lapangan dan terjun langsung berinteraksi. Sebagai seorang introvert yg seringkali males interaksi dengan orang atau lingkungan baru, tapi karena fotografilah, aku mau untuk keluar dari zona nyaman.


Bahkan kalo difikir-fikir lagi, hanya karena fotografilah
aku mau mau merelakan kasur empuk di rumah
dan berletih ria mendaki gunung
demi gambar dan cerita.

Karena fotografilah,
aku mau ke tempat yang bising dan ramai
hanya untuk mendapatkan momen dari satu event.



Banyak pelajaran yang aku dapatkan dari project dokumentasi kebun sayur ini. Salah satunya, aku seakan diingatkan kembali bahwa sayur mayur yg ada di pasar itu ga akan ada kalo ga ada yang menanamnya, merawatnya beberapa bulan hingga siap panen, mengobatinya kalo ada serangan hama, dan memanennya tepat waktu.

Kalo secara fotografi, project dokumentasi ini membuatku paham tentang pentingnya jarak pengambilan objek, jangan melulu foto detail yang dekat, karena foto yang lebih wide, yang lebih bisa memberi gambaran lokasi, hubungan antara objek utama dengan lingkungannya, ternyata lebih mampu bercerita.


Masih banyak kekurangan dari project ini, kuharap satu saat bisa mengulanginya, mendokumentasi proses panen sayuran dan lebih banyak memotret petani yang sedang bekerja, dan dengan foto yang lebih wide.

So, here's the rest of the photo i took last year. Project foto dokumentasi sayur di kebunnya.


First thing first: touch down dulu di rumah petani yg mau aku fotoin kebunnya.

turun mobil, menyusuri gang kecil menuju rumah petani

di tengah perjalanan, nemu kandang sapi, agak terdistraksi, tapi ga apa-apa lah ya

sapi mungkin dan motor. Di kota mana ada pemandangan macem gini.

foto jemuran, which.. is... just normal aja sih, hehehe.

ada sedikit kengerian, terdeteksi ada rambatan jaring laba-laba yg banyaaak!

rata-rata bentukan rumahnya mirip.

ga dimana, nemu mulu sama kucing, dan gue fotoin pula. kagak bosen, dy?

setelah sedikit jamuan, langsung menuju kebun sayur yg ada di bukit di atas tersebut

nah di foto ini mah lebih keliatan kan tujuan perjalanan ini.

Here we go!


Di kaki bukit, fotoin dulu tanaman buah yg jarang kutemui.


correct me if i'm wrong, tapi kalo ga salah ini namanya murbey ya.

dulu waktu kecil mah sering aku temukan, tapi makin kesini makin jarang

Kukira tanaman tembakau, ternyata ini cikal bakalnya kembang kol (cauliflower)

perjalanannya agak menanjak tapi ga melelahkan, dinginnya bikin nyaman.

Anda tahu ini buah apa? di sunda namanya cecenet, bhs indonya mah Ciplukan (golden berries)

ini ga tumbuh liar ya, anak yg metik ini kayaknya adalah anak pemiliknya. DIa metik, aku yg foto.
Ciplukan / Cecenet / Golden berries


And the rest

Sedikit cerita: Zuchini itu sebetulnya satu keluarga dengan labu, dan yang kita suka masak sebagai sayur adalah buah yang masih mudanya, kalo udah matang, warnanya kuning, lebih mirip labu.

Anyway, kembangnya juga edible alias bisa dimasak dan dimakan juga. bisa dibikin krispi atau tumis biasa.

penampakan bunganya lucu ya, yah.. namanya bunga pasti bagus aja sih.

Zuchini yang baru muncul, mirip apaa gitu ya?!?!

Temenku mau panen tomat, hehehehe...

tomat ijo, kalo dipanen muda, biasanya cocok buat bikin sambel cibiuk ga sih?!

Nah, yg kiri adalah beet root, dan yg kanan adalah kabocha.

penampakan wide view.

again, bukan tembakau, tapi kembang kol (cauliflower)



Aku baru tahu, ternyata labu siam yang lebih laku itu yg ukurannya masih kecil, kenapa ya?

but anyway, apapun itu, aku suka sama labu siam. dikukus, rasanya manis!

Kalo masih muda dan ngegantung gini, biasanya permukaannya ada duri-durinya gitu, tapi pasti dibersihkan dulu dong sebelum dijual.


Nah cabe nih, si yang sewaktu-waktu mahalnya bisa melebihi daging sapi.


ini kayaknya trik petani buat mengurangi hama serangga. ada nyamuk, dan lalat juga.


Selada! my favorite..





bawang

semuanya selada nih!

 Nah ini yang sebelum-sebelumnya aku kira adalah tumbuhan tembakau




Hopefully, aku bisa lebih banyak mendokumentasi proses-proses seperti halnya foto dokumentasi ini, karena aku juga ingin sekali memperbaiki kekurangan-kekurangan yang kulakukan di dokumentasi ini.

tapi mau kurang atau tidak secara fotografi, tidak mengurangi rasa menyenangkan yang kudapatkan ketika melakukan project foto dokumentasi ini.

Terima kasih banyak!
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

6 comments:

  1. Naaah kalo tujuan nya utk story telling menjelaskan proses dari petani ke pembeli, aku juga lebih suka kalo fotonya wide. Jadi bisa lihat sekelilingnya itu seperti apa.

    Dari foto ini aku jd tahu kalo lahan pak tani aja ada di bukit gitu. Ngebayangin tenaga dia utk menuju sana, kerja dll. Jadi lebih bisa menghargai value suatu barang.

    Zucchini itu keluarga labu yaa. Aku pikir sodaranya timun 🤣🤣

    Labu siam memang enak dy. Aku sering nyetok biasa rebus aja. Makan pake sambel belacan 😄👍

    ReplyDelete
  2. yes kak, nanti kalo ada kesempatan dokumentasi aktifitas lagi, akan menggunakan lensa yg wide...

    bener kak, sebenarnya itulah tujuanku bikin dokumentasi meski kyknya optimal karena foto-fotonya rata-rata terlalu fokus ke sayurannya, dan baru kusadari, huhuhu.. gpp, yg penting lesson learned.

    Yes, aku juga baru tahu pas mau bikin konten edukasi tentang zukini, ternyata yg suka ada di pasar adalah zukini muda, kalo dibiarin lebih mirip labu meski tetep lonjong kayak timun sih.

    beuh, labu siam dikukus doang juga udah nikmat manisss.. manfaatnya kesehatannya juga cukup seru, hehehe... cocol sambel? beuh, makin nikmaattt...

    ReplyDelete
  3. aaaa adem sekali postingan hari ini, Kak Ady! sayurannya kelihatan seger-seger semua bikin pengin langsung dilahap habis dipetik 🤣. btw, jalan kaki dari titik awal sampai ke kebunnya kelihatan cukup jauh, Kak Ady. beneran jauh kah? 😂

    sama seperti Kak Fanny, aku kira Zucchini juga saudaranya timun soalnya teksturnya lebih mirip timun 🤣. plot twist sekali hal ini wkwk

    duh, daun bawangnya cakep banget Kak Ady! itu gede-gede, hijau semua, seger banget lihatnya 🤣 mantep banget dijadiin topping makanan 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku baru menyadarinya bahwa selain pembaca buku yang hebat, penulis blog yang ciamik dan lucu, ternyata Peri kecil Lia juga adalah seorang penggemar makanan banget ya, liat daun bawang aja langsung kepikiran jadi topping makanan.

      hihiihi...

      anyway, thanks alot Liii. dan iya, plot twistnya memang zukini ternyata masuknya keluarga labu, dan memang sodaranya timun juga sih, karena timun juga masih famili labu. hehehehe...

      Delete
  4. sama kayak mbak fanny, aku kira zucchini itu temennya mentimun. hahahahahaa...

    suka banget sama foto2 kayak gini. kelihatan bercerita. aku tuh suka dimarahi abang karena nggak tau nama-nama tanaman dan pohon sayur buah.

    lihat foto ini baru disadarkan lagi kalau sayuran yang kita makan memang berasal dari pohon, dari bibit yang nggak kelihatan sampai akhirnya jadi sayuran yang ada di piring-piring kita. semoga ada kesempatan lagi buat ikut serta dalam proyek seperti ini!

    murbei dulu adaa di halaman rumahku waktu kecil! jadi kangen :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, zukini itu keluarga labu, tapi mentimun termasuk familia labu, sih... hehehehe

      wah, mesti lebih ngapalin lagi nama-nama sayur dong ya kalo gitu mah.

      Nah iya kan.. murbei dulu lumayan banyak yg nanem atau mungkin liarnya, tapi sekarang mulai jadi jarang. kalo di kampung-kampung kayaknya masih ada.

      fyi: Murbei cukup mudah dibudidaya, kak!

      Delete

blogging itu kadang rasanya kriik..kriiik.. tapi dengan adanya komen, even just one short saying, will mean the world! really!