Biar apa copy-paste doang? biar ada postingan yg berbeda, latihan bikin postingan format interview, trus biar pembaca blog ini tahu kalo Hamada Hideaki adalah salah satu idola, dan... udah, itu aja sih alasannya mah.
Maunya mah interview langsung sendiri, tapi kan siapa gue ya...
Tell us about yourself. What do you do for a living? What are your interests?
*my comment: seriously, tanggal lahirnya cuma beda satu hari,
aku satu tanggal sebelumnya!
wah.. apakah ini pertanda? eaaa.. cocokologi
How did you start and how long have you been doing film photography? Did you study photography?
I started shooting [film] as a hobby when I was in high school. When my eldest son was born, I became more aware of my shooting. For me, taking photos is knowing myself. By looking at the world through a viewfinder, people can see what's happening in front of them more objectively. In addition, we can remember what we were feeling and thinking about in those moments by looking at the photos. In this way, it is possible to discover aspects of ourselves which we never knew existed before. And my feeling is that this repetition of thought is what constructs my world.
*my comment: Beneran, ini juga ga disama-samain, aku emang mengawali hobi fotografi dari kamera film juga, pake analog pentax K1000, bukan karena alasan filosofis, tapi karena dulu mah kamera film itu jauh lebih murah daripada DSLR. Tapi pada akhirnya, aku bersyukur memulai dari film.
What are the film cameras that you often use?
Pentax 67II, Rolleiflex SL66, Fujifilm Klasse S, Lomo Smena35.
*My comment: sedikit tambahan informasi dari interview di web lain, kalo kamera digital yg biasa digunakan untuk kebutuhan profesional katanya adalah Canon 5D mkii (kemungkinan sekarang udah upgrade ke mark terbaru), dan iPhone buat foto instan harian. and anyway.. Pentax 67 adalah salah satu kamera impianku selain punya digital fullframe Canon 5D juga.
In your experience, what are the perks of being a film photographer?
I think it's important to use both film and digital depending on the situation. On that basis, I think it’s very important to use film cameras. In film photography, you will certainly experience a feeling of excitement while you wait for your photos to develop. Perhaps you fear that you may not have taken the photo skillfully. Therefore, waiting to know if you have succeeded or not is inconvenient and troublesome.
But this waiting time is necessary. That is to say, it is a stance we take towards photography. Photography has the potential to capture the amount of time and conscious effort we put into it. It has nothing at all to do with analogue vs. digital methods. It depends on what you want to take pictures of and what you aim to do. But if you enjoy photography, I may have a hint on how to think of it and how to spend your time doing it. So me, I'll keep using film cameras.
*My comment: pake kamera jadul/analog/film mengajarkan untuk slowing down (karena mau ga mau sih) dan jadi paham apa yang paling penting dari berfotografi, hasilnya kah? prosesnya kah? dan tentu saja punya keduanya digital dan film itu jauh lebih baik, hehe...
Who are your favorite film photographers? Any inspirations?
Ryan McGinley. His works are very cool.
What’s your personal photographic style?
"Children always act more than I expect." The inspiration for my photography comes from this sort of behavior. Though I direct some of my photographs, in most cases I take pictures of my children just as they are. What I want to show is their "living form." When I take photos of my children, the important thing is to maintain an objective perspective. Not too close, but also not too far away, as if I am watching them from behind. Something close to mere observation, I think. Obeying this rule gives the photos a universal quality. I believe that this universality is necessary to communicate their living forms to someone else.
We see that you are fond of taking portraits… Why portraiture? Is there anything about it that draws you?
Because people are the most touching objective and portraits are the mirror of me.
Any message for other film photographers? Or maybe a tip you would like to share?
Photographers usually tend to snap pictures at certain specific moments, when children don't want to smile or cry. Rather, they don't have any special facial expression most of the time. I want to use photography to keep their living forms in that day-to-day world. This way, the highly expressive faces that they occasionally make will look more life-like and will produce photographs that we will never get tired of looking at.
*My comment: Oke sip bos! setuju banget.. foto natural candid juga kusuka karena hasilnya lebih 'real'
Udah sih, itu aja interview yg aku copy. Sebetulnya pertanyaannya ada beberapa lagi, tapi itu lebih ke time-based yg mana udah ga relevan untuk dibaca sekarang, jadi yang penting-pentingnya aja yg aku copy disini.
Tulisan kali ini ga ada aku-akunya, tapi tentang idola fotografiku, jadi.. skip aja buat yg emang ga tertarik, dan dipikir-pikir, asik juga bikin tulisan format interview... tapi pasti bingung di bikin pertanyaan dan siapa yg mau collab-nya juga, heuheu..
But, i will do someday in the future.. for sure!
Thank you, arigatou!
Aku jd ikutan ngulik media sosial beliau krn kak Ady seringkali bahas. Hihi dan makin ku scroll postingan ini aku mrinding banget foto Nana Komatsu yang aku save di Pinterest ternyata hasil jepretan Hamadan San!!! 😍
ReplyDeletewah, udah tahu Nana Komatsu duluan ya?
Deletebanyak sebetulnya fotografer jepang lainnya yg bagus-bagus, tapi kalo aku mah nyangkutnya ke om Hamada aja yg paling favoritnya, hehehe...
Oh ya menurutku hasil jepretan kak Ady yg di blog ini uda mendekati dan setipe kok sama hasil foto beliau. Emang kli dr sudut pandang kk (krn fotografer nya) masih beda ya. Tapi sebagai penikmat, tone fotonya setipe. Kerenn
DeleteWaaah.. makasiiih, memang itu goals aku sih meski akupun ga berharap sama banget, karena ternyata ya.. punya sesuatu atau seseorang yg dikejar itu bikin kita ingin terus maju dan ga cepet puas.
DeleteTrus kalo mau cara mudah meniru mas Hamada mah, mesti pake analog film juga, dengan tipe roll film yg sama, trus fotonya pagi atau sore biar 'warna' matahari di Indonesia mirip sama yg di Jepang yg notabene subtropis.
Makaaaaiiih Tiffany!
Siapa tau suatu hari bisa kejadian wawancara dan ketemu idolanya...sayang banget aku belum pernah tau beliau, tapi akhirnya baca postingan ini jadi tau...liat Instagram beliau memang gambar" yang sangat luar biasa .
ReplyDeleteNah itu intinya, hihiw..
Deletemau siapin pertanyaan dari sekarang ah biar ga dadakan, hahaha..
Tapi balik lagi sih, kalo soal idola atau bahkan foto mah tergantung selera. Nah kalo aku ya Hamada Hideaki banget taste fotografinya sebetulnya, cuma selalu susah kekejar, on the way lah ya...
makasih M rene yoo
Waaah hasil foto dari pro memang beda 😍😍👍. Aku pun jadi tahu ttg fotografer fav Ady ini.
ReplyDeleteKalo kelahiran segitu, pastinya dia mulai duluan dengan kamera film yaa. Aku masih pengen sih dy motret pake analog, tapi udh ga ada alatnya aja. 🤣.
Masih inget keseruan dulu ambil foto pake analog. Pernah ngalamin 1 roll kebakar semua hahahahha. Ntahlah salah di mana 🤭. Zaman smp-smu. Kayaknya memang lebih nyenengin liat hasil foto analog. Apalagi kalo jadinya bagus kan. Kayak kebayar aja effort ngambilnya 😍😅
ahahaha.. iya kak! Kalo Hamada mah emang ga ada pilihan, pasti dimulai dari analog, kalo aku lebih ke pilihan (yg murah kebeli).
DeleteKalo dulu, mungkin emang alurnya tuh mirip, dari kamera film, trus ngikutin zaman dgn digital dan analognya jadi semacam hobi yg menyenangkan hati.
Kalo sekarang mah ya mending digital aja sih kak, kelebihannya lebih banyak, salah satunya proses belajar jadi lebih cepat, kan langsung tahu hasilnya. trus lebih murah juga...
tapi dibalik itu, kekurangan digital adalah, orang kalo motret jadi 'kurang mikirin' yg jatohnya lebih ceroboh. tapi untungnya, kecerobohannya bisa langsung evaluasi, hehe...
kalo aku, penting keduanya. bahkan mentalitas motret film yg irit dan mikiiiir sebelum jepret harus dipake ketika pake digital, biar dapet foto bagusnya lebih banyak :D
aku juga pernah tuh pas awal pake kamera analog, ga hanya kebakar tapi ke PHP, ternyata roll filmnya ga nyangkut, ga muter kalo dikokang, jadinya udah hunting kesana kemari ga ada hasil sama sekali. malu pas ke studio buat di cucinya, katanya ini roll kok kyk blm dipake, hahaha...
disitu jadi lebih perhatikan detail sih.
dan hasil foto analog selalu lebih punya feel, entah kenapa.
Ihh bagus ya fotonya. Aku suka foto yang anak kecil lagi Nari/main ituu.. So lovely 🥰 Pengen uyel-uyel sampe nangis. Lohh 😂
ReplyDeleteBaca ini aku jadi inget kalau dirumah juga ada kamera film yang masih disimpan. Dulu ini kamera andalan Mamake kalau lagi pergi kemana-mana. Kalau nggak salah 1 roll film bisa diisi 36. Aku serada nggak paham sebenrnya cara kerjanya, tapi dulu pas kecil. Sering mainan ini buat pencet-pencet Flashnya 🤣 smpe akhirnya flash nggak nyala karena rusak... wkwk
Ehh sekarang makin canggih kamera.. Kamera HP geh makin detail.. Uwow lahhh, cuma ya tetep aja kalau aku yang ambil foto mau pakai Samsung S24 misal hasilnya mah tetep B aja .. wkwk 🤣 hasil gambarnya mah bagus, tapi soul fotonya nggak ada....
wah kalo masih ada itu kamera jadulnya, boleh iseng aja pake-pake mas... apa merknya? semacam pocket camera kan ya?
Deleteiya hasil yg B itu maksudnya Bagus Banget Bro! kaaan? hehehe...
ya, kalo berfoto mah tergantung tujuan sih, ada yg buat art(istik), ada yg buat dokumentasi aja, buat menyampaikan sesuatu juga bisa..
jadi ga ada bagus atau ga bagus sih, nah kalo soul.. berat tuh bahasannya.
makasih mas Bayu!