Harga service-nya ga murah di keadaan finansialku sekarang. Bahkan, setiap hal yang berkaitan dengan kameraku ini (Canon 5D mark ii), ga ada yang murah.
Karenanya, jadi merenungi.

foto dari kamera fujifilm X-A10 punya kakak, sepertinya akan jadi backup

So, jadi  kemarin Sabtu [11 Oktober 2025] kameraku tiba-tiba rusak pas lagi fotoin kak Nupi yang lagi datengin event bersih-bersih sungai Citarum, di layarnya keluar error message: err20. Pas aku googling, ternyata ada masalah di sekitar shutter unit-nya, entah itu bagian kecil shutter blade-nya atau memang a whole set of it.


Sebetulnya, ini sesuatu yang terekspektasi mengingat usia kamera Canon 5D mkii ini kalo dihitung dari tahun launchingnya di 2008, udah berusia sekitar 17 tahunan, tapi tentu tetap sedih karena mau ga mau mesti ke tukang serpis buat dibenerin dan berpisah sementara.



Tapi yang lebih mengesalkan adalah, ketika estimasi perbaikan dari kerusakan yang paling minor itu aja udah sekitar 500-600ribu, apalagi kalo major. Tapi sekarang masih tahap diperiksa tingkat kerusakannya, hopefully sih minor biar bisa kebayar (ga tahu deh uangnya darimana), karena mau ga mau, kamera itu adalah modal utama dalam berusaha di freelance photography ini (obviously).


Dari kejadian ini, aku jadi mikir lagi tentang pricelist-ku... kayaknya mau ga mau harus dinaikin lagi pricelist-nya mengingat ga ada yang murah yang berkaitan dengan kameraku ini atau secara umum, di dunia fotografi. Jadi, harapannya, setidaknya menjalani freelance ini bisa membayar biaya semua peralatan yang dibutuhkan, baik perawatan, maupun upgrade.


Kalo kata temenku sih...
"
Ya begitulah kamera kelas profesional, biasanya parts-nya juga lumayan mahal."

Berarti, aku udah ga boleh remehin lagi hasil fotografiku, harus mulai act like a pro, dimulai dari self confidence, attitude, system yang jelas, how to work, kualitas fotonya, dan terakhir yang pasti mengikut... harga yang sesuai, yang memang beneran dihitung secara bisnis tidak merugikan diri.

Latihan memotret lebih banyak dengan kamera Fujifilm X-A10 punya kakak yang kebetulan lagi nganggur. Mau kujadikan backup plan ketika Canon 5D ku masih belum selesai diperbaiki.

Atau bisa juga jadi second body. But i have to make sure hasilnya kurang lebih sama meskipun secara kualitas, selalu ada perbedaan antara kamera entry level dengan kamera profesional dan sudah fullframe.




Lensanya kit, fujinon 16-50mm f3.5-5.6, Tapi aku set selalu di 16mm karena sekalian belajar menggunakan lensa wide angle. aku lemah disitu karena ga pernah beli lensa wide.

So far, masih belum meyakinkan sama hasilnya ketika melihatnya langsung di lcd. Kedua, karena ga terbiasa pake mirrorless, rasanya ada experience motret yang hilang, yaitu ngeker di viewfinder.

Trus, belum kenal sama tombol-tombol pengaturannya, juga karakternya. Jadi... so far masih pada mode bingung, hehe...








Karakter warnanya Fujifilm ini cukup soft dan pastel, ga se-vivid canon mode default-nya. Fujifilm ini punya fitur tone warna yang film-ish seperti Astia, Provia dan lain-lain, jadi untuk beberapa fotografer yang menyukainya, biasanya mereka ga edit tone lagi, langsung SOOC (Straight Out Of Camera).

Tapi karena aku sudah terbiasa pake RAW, mode warna ini sepertinya ga begitu berpengaruh karena pada akhirnya aku akan edit lagi yang sesuai keinginanku.


Lumayan lah hasilnya mah, mungkin kalo pake lensa prime, ga pake lensa kit-nya, hasil fotonya bisa lebih baik lagi baik secara kualitas maupun karakternya.


Hopefully sih kamera ini ga kepake untuk menggantikan 5D ku, tapi karena udah ada job, harus selalu menyiapkan alternatif-alternatif biar work still getting done.



Low Esteem adalah sesuatu yang sering menghantui pikiranku, bahkan ketika service fotoku ada yg hire, willing to pay some money, dan mereka suka hasilnya, aku tetap mengganggap kalo foto-fotoku masih jelek dan masih bisa lebih baik lagi. Selalu kuatir kalo pujian mereka hanya sekadar sopan santun dan bukan 100% suka.



Tapi kemarin malem, sepertinya perasaanku dengan low esteem ini akan sedikit berkurang, ga se worries biasanya lagi. Kenapa?


Jadi, aku tuh paling suka mencari inspirasi foto dari mas Hamada Hideaki di web portfolionya, kalo lagi lost mood memotret, ngobatinnya pasti dengan lihat-lihat lagi foto-fotonya Hamada Hideaki ini.


Nah, semalam sebelum aku nulis blog post ini, setelah beberapa lama nongkrongin foto-fotonya Hamada, tiba-tiba jadi pengen sedikit membandingkan dengan foto-fotoku yang udah terupload di web portfolioku sendiri disini.


Dan kesanku melihat foto-fotoku sendiri suprisingly ga kayak sebelum-sebelumnya. i think i'm a bit getting closer to him. Trus, aku merasa kalo foto-fotoku, khususnya yang angle pengambilannya wide horizontal terlihat 'cinematic' apalagi kalo fotonya ada elemen foreground-nya.

I Kinda like my own work, which is a rare thing to happen, haha.






Disitulah aku jadi menyadari, kayaknya aku udah membuat yang seharusnya, dan wajar kalo client suka sama hasil foto-foto dokumentasiku. [
hopefully i'm not sounds over-confidence atau sombong, engga ya.. ini beneran entah kenapa lagi suka aja]


Sekarang, tinggal terus memperbaiki diri, foto-foto yang terlihat 'kureng' di job-job sebelumnya, ga usah diulang lagi, dan memperbanyak shoot-shoot yang sebelumnya jarang kuambil (padahal seharusnya lebih banyak, misalnya.. foto portrait dan details).


This review thing is some how so much help, aku jadi bisa mengevaluasi diri dan hopefully lebih baik step by step. Will do more often.

Previous PostOlder Posts Home